PROPOSAL
PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
PENDEKATAN
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS AKTIVITAS UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
AQIDAH AKHLAK SlSWA KELAS V DAN VI SEMESTER I MADRASAH IBTIDAIYAH ATTAQWA
44 TANJUNG AIR BABELAN-BEKASI
Penelitian
ini di susun untuk memenuhi persyaratan sertifikasi guru dalam jabatan
Di
susun Oleh : ZUL FAHMI
MI
ATTAQWA 44 TANJUNG AIR BABELAN BEKASI
PROPOSAL
PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
PENDEKATAN
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS AKTIVITAS UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
AQIDAH AKHLAK SlSWA
KELAS V DAN VI SEMESTER I MADRASAH TSANAWIYAH YASPIA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Fakta dilapangan
menunjukkan bahwa banyak siswa Kelas V dan VI MI Attaqwa 44 Tanjung Air, Bekasi
bersikap pasip ketika berlangsung pembelajaran dikelas. Selama pembelajaran
berlangsung siswa menjadi pendengar yang baik. Ketika guru mejelaskan materi
pelajaran kebanyakan mereka diam. Demikianpun ketika guru memberikan
pertanyaan, sebagian besar siswa diam tanpa komentar. Apalagi ketika guru
meminta agar siswa bertanya, merekapun diam. Fakta ini dilatar belakangi karena
siswa kurang diberikan strategi pembelajaran yang memadai. Oleh sebab itu dalam
proses pembelajaran di sekolah dibutuhkan kreativitas dan keaktifan seorang
pengajar dalam membuat strategi belajar mengajar semenarik mungkin sehingga
menimbulkan motivasi belajar siswa khususnya materi aqidah akhlak.
Sebagaimana dijelaskan
diatas bahwa proses belajar yang menarik dan aktif adalah keinginan setiap
praktisi pendidikan. Seorang guru dalam sebuah proses belajar mengajar dituntut
untuk menggunakan berbagai metode yang menarik untuk menciptakan proses belajar
yang kondusif. Salah satu metode yang menarik dalam proses belajar mengajar
adalah metode pendekatan aktivitas, dimana dalam prosesnya lebih mengedepankan
atau berpusat pada keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar (Student Center). Dengan
pembelajaran yang lebih menekankan pada keaktifan siswa (Student Activity)
diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajar yang pada akhirnya juga diikuti
dengan hasil atau prestasi belajar sesuai dengan tujuan pendidikan.
Fenomena di atas
menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan menekankan pada aktivitas siswa
perlu dilaksanakan secara terus menerus. Hal ini dapat dilakukan apabila pola
interaksi antara guru dan siswa terjalin dengan baik. Namun hal lain yang juga
sangat penting dalam melaksanakan kegiatan tersebut demi meningkatkan motivasi
belajar dan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar adalah kemampuan guru
dalam merencanakan suatu proses kegitan belajar mengajar sehingga tercapai
tujuan pembelajaran.
Berdasarkan uraian
diatas, peneliti termotivasi untuk melakukan sebuah penelitian tindakan kelas
dengan berfokus pada peningkatan motivasi belajar siswa dalam bidang aqidah
akhlak melalui kegiatan pembelajaran berbasis aktivitas.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar
belakang tersebut diatas, maka dalam penelitian ini penetiti dapat merumuskan
beberapa focus penelitian sebagai berikut :
1. Apakah pendekatan
berbasis aktivitas dapat menumbuhkan motivasi belajar aqidah akhlak pokok
bahasan sifat-sifat Allah pada siswa MI Attaqwa 44 Tanjung Air, Bekasi Kelas V
dan VI pada semester I tahun pelajaran 2011/2012 ?
2. Bagaimana dampak
kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan berbasis aktivitas pada
mata pelajaran aqidah akhlak pokok bahasan sifat-sifat Allah pada siswa MI
Attaqwa 44 Tanjung Air, Bekasi Kelas V dan VI- A pada semester I tahun
pelajaran 2011/2012 ?
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan
masalah tersebut, maka penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui
dan mendeskripsikan :
1. Tingkat Pendekatan
berbasis aktivitas dalam menumbuhkan motivasi belajar aqidah akhlak pokak
bahasan sifat-sifat Allah pada siswa MI Attaqwa 44 Tanjung Air, BekasiKelas V
dan VI pada semester I tahun pelajaran 2011/2012.
2. Tingkat dampak
kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan berbasis aktivitas
dalam pembelajaran bidang aqidah akhlak pokok bahasan sifat-sifat Allah pada
siswa MI Attaqwa 44 Tanjung Air, BekasiKelas V dan VI pada semester I tahun
pelajaran 2011/2012.
D.
Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini
nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat bagi khazanah keilmuan :
1) Secara teoritis,
penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat menghasilkan temuan-temuan
mengenai strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan berbasis aktivitas
pada mata pelajaran aqidah
akhlak khususnya
pada pokok bahasan sifat-sifat
Allah pada
siswa MI Attaqwa 44 Tanjung Air, BekasiKelas V dan VI pada semester I tahun
pelajaran 2011/2012.
2) Secara praktis,
penelitian tindakan kelas ini bisa bermanfaat bagi :
a. Guru Madrasah
Tsanawiyah
Menambah wawasan dan
pengetahuan dalam meningkatkan kualitas pendidikan bidang aqidah akhlak pada
siswa kelas V dan VI semester I MI Attaqwa 44 Tanjung Air melalui implementasi
strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan berbasis aktivitas, dan
pada MTs umumnya.
b. Siswa Madrasah
Tsanawiyah
Untuk meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan berbasis
aktivitas khususnya materi Aqidah Akhlak
c. Lembaga Madrasah
Tsanawiyah
Sebagai satu masukan atau
solusi untuk mengetahui hambatan dan kelemahan penyelenggaraan pembelajaran
serta sebagai upaya untuk memperbaiki dan mengatasi masalah-masalah
pembelajaran yang dihadapi di kelas, sehingga dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa dengan harapan akan diperoleh hasil prestasi yang optimal demi
kemajuan lembaga sekolah.
d. Mapenda Dep. Agama
Kab. Bekasi
Sebagai masukan dalam
pelaksanaan proses pembelajaran agar mengikuti, memperhatikan, dan menerapkan
hasil yang diperoleh dari penelitian ini, sehingga kelemahan pelaksaan dalam
proses belajar mengajar di lapangan pendidikan dapat diperbaiki sesuai dengan
rekomendasi dari hasil - hasil penelitian tindakan kelas.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Motivasi Belajar Aqidah akhlak
1. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal
dari kata latin "movere" yang artinya bergerak (Stresser, 144t).
Adapun pengertian mengenai motivasi menurut para ahli, antara lain : menurut
Teaven dan Smith (146) konstruksi yang mengaktifkcan dan mengarahkan prilaku
dengan memberi dorongan atau daya pada organisme untuk melakukan suatu
aktivitas. Menurut Chauhan (14?8) motivasi adalah suatu proses yang menimbulkan
aktivitas pada organisme sehingga terjadi suatu prilaku. Wordworth (Petri,
1481; Franken, 1982) r-nengggunakan istiiah Drive rtau mativasi adalah
suatu kanstruksi dengan tiga karakteristik yaitu intensitas, arah dan
persisten. Artinya motfvasi dengan intensitas yang e,ukup akan memberikan arah
kepada individu untuk melakukan sesuatu secara tekun dan secara terus menerus
(Djalali, 2001). Menurutnya motivasi digelongkan menjadi tiga hagian, pertama, Orgcrraik needs (kebutuhan
vital, seperti : makan, minum, dan lainlain). Kedua, Emergency motives,
ditirnbulkan karena suatu kebutuhan yang harus terpenuhi dan tergantung pula
pada keadaan lingkungan. Ketiga,
Objectives motives dan interest (L3akir, 1993).Menurut
Eysenk dan kazvankatuan motivasi dirumuskan sebagai suatu proses yang
menentukan suatu tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum
dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan
konsep-konsep seperti minat, bakat, konsep diri, sikap dan sebagainya. Menurut
Maslow (1943, 1970) motivasi suatu proses tingkah laku manusia yang
dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan tertentu seperti harga diri
diantaranya (Slameto, 2003). David McClelland, Abraham Maslow, Wan dan Brown
seperti dikutip oleh Wahjosumidjo (1983), bahwa motivasi adalah suatu proses
psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan
kepuasan yang terjadi pada diri seseorang (Kosasih, 2004). Sedangkan menurut
McDonald motivasi ialah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai
dengan timbulnya afek-tif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dilihat dari
komponennya motivasi memiliki dua komponen, yaitu : komponen dalam (Inner Component) dan
komponen luar(Outer Component). Komponen
dalam ialah perubahan di dalam diri seseorang, keadaan tidak puas, ketegangan
atau kecemasan psikologis (Anxiety
Of Psychology). Komponen
luar adalah apa yag di inginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah
perbuatannya (Hamalik, 2002).
Serdasarkan beberapa
pendapat dari para ahli diatas penulis menyimpulkan bahwa motivasi belajar
aqidah akhlak adalah suatu kekuatan (Power), tenaga(Forces), serta daya (Energy), atau suatu keadaan yang sangat kompleks (A Complex State) dan
kesiapsedian (Preparatory
Set), dalam
diri ir.dividu untuk bergerak (To A-love,
Alotion, Motive) kearah
tujuan tertentu, baik disadari atau tidak disadari dan dalam hal ini mengenai
semua aspek dalam bidang aqidah akhlak. Motivasi tersebut timbul dan tumbuh
dari dalam diri individu(Instrinsik) dan
dari luar diri individu (Ekstrin,sik)
2.
Jenis - Jenis Motivasi
Salah satu fungsi
pengajaran adalah memberikan motivasi kepada siswa agar mereka bisa
melaksanakan tugas - tugasnya dengan sebaik mungkin secara efektif dan
produktif. Adapun mengenai motivasi terbagai menjadi dua macam, yaitu : motivasi
instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
a. Motivasi Instrinsik (Instrinsic Motivation)
Motivasi Instrinsik
adalah motif - motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu. Dengan kata lain motivasi intrinsik adalah motivasi atau dorongan yang
timbul dari dalam diri siswa sendiri, misalnya keinginan untuk mendapatkan
keterampilan tertentu, keinginan untuk beramal, keinginan untuk menguasai nilai
- nilai yang terkandung dalam pelajaran yang diajarkan, bukan karena keinginan
lain seperti mendapat pujian, hadiah, nilai yang tinggi, dan lain sebagainya.
b. Motivasi Ekstrinsik (Ekstrinsic Motivation)
Motivasi ekstrinsik
merupakan kebalikan dari motivsi instrinsik. Motivsi ekstrinsik adalah dorongan
yang aktif yang muncul karena adanya faktor perangsang dari luar, misalnya
diakui, dipuji, diberi hadiah, dicela, dan sebagainya semuanya berpengaruh
terhadap sikap dan prilaku siswa dalam proses belajar mengajar.
Bila seseorang telah
memiliki motivasi instrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan
suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivsi dari luar dirinya. Dalam
ak-tivitas belajar, motivasi instrinsik sangat dibutuhkan. Seseorang yang tidak
memiliki motivasi instrinsik sulit sekali melakukan ak-tivits belajar secara
terus menerus. Perlu ditegaskan, bahwa anak didik yang memiliki motivasi
instrinsik cenderung akan menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan, memiliki
keahlian tertentu dan gemar belajar.
b. Motivasi Ekstrinsik (Ekstrinsic Motivation)
Motivasi ekstrinsik
meraapakan kebalikan dari motivasi instrinsik. Motivsi ekstrinsik adalah
dorongan yang aktif yang muncul karena adanya faktor perangsang dari luar,
misalnya diakui, dipuji, diberi hadiah, dicela, dan sebagainya semuanya
berpengaruh terhadap sikap dan prilaku siswa dalam proses belajar mengajar.
Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivsi
yang tidak diperlukan dan
tidak baik dalam pendidikan. Motivsi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau
belajar. Berbagai macam cara bisa dilakukan agar anak didik termotivasi untuk
belajar. Guru yang berhasil adalah guru yang bisa membangkitkan minat siswa.
Karena itu, guru harus bisa dan pandai menggunakan motivasi ekstrinsik ini
dengan akurat dan benar dalam menunjang proses interaksi edukatif di kelas
(Djamarah, 2QQ2).
3. Prinsip- Prinsip
Motivasi
Beberapa prinsip motivasi
yang dapat dijadikan pedoman dalam proses belajar mengajar, antara lain :
a. Prinsip Kompetisi
prinsip kompetisi adalah
persaingan secara sehat, baik inter maupun antar pribadi. Kompetisi inter
pribadi (Self Competition) adalah kompetisi dalam diri pribadi masing-masing
dari tindakan atau unjuk kerja dalam dimensi tempat dan waktu. Sedangkan
kompetisi antar pribadi adalah persaingan antara individu yang satu dengan yang
lain. Dengan adanya persaingan yang sehat, dapat ditimbulkan motivasi untuk
bertindak secara lebih baik. Salah satu bentuk misainya perlombaan karya tulis,
lomba menjadi sisura teladan, lomba keterampilan dan lain sebagainya. Kompetisi
juga dapat dilakukan antar sekolah untuk mendorong siswa melakukan berbagai
upaya unjuk kerja belajar yang baik.
b. Prinsip Pemacu
Dorongan untuk melakukan
berbagai tindakan akan terjadi apabila ada pemacu tertentu. Pemacu ini dapat
berupa informasi, nasehat, amanat, percontohan, dan lain-lain. Dalam hal ini
motif teratur untuk mendorong agar selalu melakukan berbagai tindakan dan unjuk
kerja melalui konsultasi pribadi, nasehat atau amanat dalam upacara, ceramah
keagamaan, bimbingan, pembinaan, dan lain sebagainya.
c. Prinsip ganjaran dan
hukuman
Ganjaran yang diterima
seseorang dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan sesuatu yang menimbulkan
ganjaran itu. Setiap unjuk kerja yang baik apabila diherikan sebuah reward yang
memadai cenderung akan menimbulkan motivasi. Misalnya pemberian hadiah kepada
siswa yang berprestasi. Selain prinsip ganjaran, prinsip hukuman juga dapat
menimbulkan motivasi siswa untuk tidak lagi melakukan tindakan yang menyebabkan
hukuman itu. Hal yang harus diterapkan secara proporsional dan benar-benar
dapat memberikan motivasi.
d. Prinsip Kejelasan Dan
Kedekatan Tujuan
Makin jelas dan makin
dekat suatu tujuan, maka makin mendorong seseorang untuk melakukan tindakan.
Sehubungan dengan prinsip ini, maka seyogyanya setiap siswa memahami tujuan
belajarnya secara jelas.
Hal itu dapat dilakukan
dengan memberikan penjelasan suatu tujuan dari tindakan yang diharapkan. Cara
lain adalah dengan membuat tujuan-tujuan yang masih umum dan jauh menjadi
tujuan yang khusus dan lebih dekat.
e. Pemahaman Hasil
Dalam uraian diatas,
teiah dikemukakan bahwa hasil yang dicapai seseorang merupakan balikan dari apa
yang telah dilakukannya, dan itu semua dapat memberikan motivasi untuk
melakukan tindakan selanjutnya. Perasaan sukses yang ada pada diri seseorang
akan mendorongnya untuk selalu memelihara dan meningkatkan kerja agar terus menjadi
lebih baik lagi. Pengetahuan tentang balikan, memiliki kaitan erat dengan
kepuasan yang dicapai. Sehubungan dengan hal tersebut, para pengajar seyogyanya
selalu memberikan balikan kepada setiap unjuk kerja yang telah dihasilkan oleh
setiap siswa. Misalnya mengembalikan tugas-tugas yang telah dibuat siswa dengan
nilai dan komentarnya. Umpan balik (Feedback) seperti ini akan sangat bermanfaat untuk mengukur derajat hasil
belajar yang telah dihasilkan untuk keperluan perbaikan dan peningkatan
selanjutnya. Para siswa hendaknya selalu dipupuk untuk memiliki rasa sukses dan
terhindar dari berkembangnya rasa gagal.
f. Pengernbangan Minat
Minat dapat diartikan
sebagai rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu objek. Prinsip
dasarnya adalah motivasi seseorang cenderung akan meningkat apabila yang
bersangkutan memiliki minat yang besar dalam melakukan tindakannya. Dalam
hubungan ini motivasi dapat dilakukan dengan jalan menimbulkan atau
mengemhangkan minat siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian
siswa akan memperoleh kepuasan dan unjuk kerja yang baik. Pada akhimya dapat
menumbuhkan motivasi belajar secara efektif dan produktif.
g. Lingkungan Yang
Kondusif
Lingkungan kerja yang
kondusif, baik lingkungan fisik, sosial, maupun psikologis, dapat menumbuhkan
dan mengembangkan motif untuk bekerja dengan baik dan produktif. Untuk itu
dapat diciptakan lingkungan fisik yang sebaik mungkin, misalnya kebersihan
ruangan, tata letak, fasilitas, dan sebagainya. Demikian pula lingkungan sosialpsikalagis
seperti hubugan antar pribadi, kehidupan kelompok, kepimimpinan, promosi,
bimbingan, kesempatan untuk maju, kekeluargaan dan sebagainya.
h. Keteladanan
Prilaku guru secara
langsung atau tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap prilaku murid yang
sifatnya positif maupun negatif. Prilaku guru dapat meningkatkan motivasi
belajar. Sehubungan dengan itu, maka sangat diharapkan agar prilaku guru dapat
menjadi sumber keteladanan bagi para siswanya. Dengan contoh-contoh yang dapat
diteladani, para siswa dapat lebih meningkatkan produktivitas belajar mereka.
Sehubungan dengan hal
diatas, ada beberapa prinsip belajar dan motivasi yang disampaikan oleh Hamalik
(2002), agar mendapatkan perhatian dari pihak perencana pengajaran khususnya
dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar.
Prinsip tersebut dapat
digunakan oleh pendidik dalam
peningkatan motivasi
peserta didik dalam mengikuti belajar mengajar, sehingga didapatkan prestasi
belajar yang optimal, diantaranya: 1)
Kebermaknaan.Suatu bidang studi akan lebih bermakna bagi siswa apabila guru
herusaha menghubungkannya dengan pengalaman yang mereka miliki sebelumnya (masa
lampau). Sesuatu yang menarik minat dan bernilai tinggi bagi siswa berarti
bermakna baginya. Oleh sebab itu guru hendaknya berusaha menyesuaikan pelajaran
dengan minat para siswanya, dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa
berperan serta memilih. 2)
Modelling. Siswa
akan suka memperoleh tingkah laku baru bila disaksikan dan ditirunya. Pelajaran
akan lebih mudah dihayati dan diterapkan oleh siswa jika guru mengupayakan
mengajarkan dalam bentuk
tingkah laku model, bukan hanya dengan mencerahkan atau menceritakan secara
lisan. Dengan model tingkah laku itu, siswa dapat mengamati dan menirukan apa
yang diinginkan oleh guru. 3)
Komunikasi Terbuka. Siswa lebih
suka belajar apabila penyajian terstruktur supaya pesan-pesan guru terbuka
terhadap pengawasan siswa. 4)
Prasyarat.Apa yang telah dipelajari oleh siswa sebelumnya mungkin
merupakan faktor penting yang dapat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar.
Karena itu hendaknya guru berusaha mengetahui atau mengenali prasyarat-
prasyarat yang telah mereka miliki. Siswa yang berada dalam kelompok yang
bersyarat akan mudah mengamati hubungan antara pengetahuan yang sederhana yang
telah mereka miliki dengan pengetahuan yang kompleks yang akan dipelajari.5)
Novelty. Siswa
akan lebih senang belajar bila perhatiannya ditarik oleh penyajian-penyajian
yang baru (Novelty) atau masih asing. 6)
Latihan atau Praktik yang Aktif dan Bermanfaat. Praktik secara aktif berarti siswa mengerjakan sendiri, bukan
mendengarkan ceramah dan mencatat pada buku tulis. 7) Latihan Terbagi. Siswa
lebih senang belajar, jika latihan di bagi menjadi sejumlah kurun waktu yang
pendek. Latihan yang demikian akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
dibandingkan dengan latihan yang dilakukan sekaligus dalam jangka waktu yang
panjang. 8) Kurangi
secara sistematis Paksaan belajar. Akan
tetapi bagi siswa yang sudah mulai menguasai pelajaran, maka secara sistematis
pemompaan itu dikurangi dan akhirnya siswa dapat belajar sendiri. 9) Kondisi yang menyenangkan. Siswa akan lebih senang melanjutkan belajarnya jika kondisi
pengajarannya menyenangkan.
3. Prinsip- Prinsip Motivasi
Beberapa prinsip motivasi
yang dapat dijadikan pedoman dalam proses belajar mengajar, antara lain :
a. Prinsip Kompetisi
Prinsip kompetisi adalah
persaingan secara sehat, baik inter maupun antar pribadi. Kompetisi inter
pribadi (Self Competition) adalah kompetisi dalam diri pribadi masing-masing
dari tindakan atau unjuk kerja dalam dimensi tempat dan waktu. Sedangkan kompetisi
antar pribadi adalah persaingan antara individu yang satu dengan yang lain.
Dengan adanya persaingan yang sehat, dapat ditimbulkan motivasi untuk bertindak
secara lebih baik.
b. Prinsip Pemacu
Dorongan untuk melakukan
berbagai tindakan akan terjadi apabila ada pemacu tertentu. Pemacu ini dapat
berupa informasi, nasehat, amanat, percontohan, dan lain-lain. Dalam hal ini
motif teratur untuk mendorong
agar selalu melakukan
berbagai tindakan dan unjuk kerja melalui konsultasi pribadi, nasehat atau
amanat dalam upacara, ceramah keagamaan, bimbingan, pembinaan, dan lain
sebagainya.
c. Prinsip ganjaran dan
hukuman
Ganjaran yang diterima
seseorang dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan sesuatu yang menimbulkan
ganjaran itu. Setiap unjuk kerja yang baik apabila diberikan sebuah reward yang
memadai cenderung akan menimbulkan motivasi. Misalnya pemberian hadiah kepada
siswa yang berprestasi. Selain prinsip ganjaran, prinsip hukuman juga dapat
menimbulkan motivasi siswa untuk tidak lagi melakukan tindakan yang menyebabkan
hukuman itu.
d. Prinsip Kejelasan Dan
Kedekatan Tujuan
Makin jelas dan makin
dekat suatu tujuan, maka makin mendorong seseorang untuk melakukan tindakan.
Sehubungan dengan prinsip ini, maka seyogyanya setiap siswa memahami tujuan
belajarnya secara jelas.
Hal itu dapat dilakukan
dengan memberikan penjelasan suatu tujuan dari tindakan yang diharapkan.
e. Pemahaman Hasil
Dalam uraian diatas,
telah dikemukakan bahwa hasil yang dicapai seseorang merupakan balikan dari apa
yang telah dilakukannya, dan itu semua dapat memberikan motivasi untuk
melakukan tindakan selanjutnya. Perasaan sukses yang ada pada diri seseorang
akan mendorongnya untuk selalu memelihara dan meningkatkan kerja agar terus
menjadi lebih baik
lagi. Pengetahuan tentang
balikan, memiliki kaitan erat dengan kepuasan yang dicapai. Sehubungan dengan
hal tersebut, para pengajar seyogyanya selalu memberikan balikan kepada setiap
unjuk kerja yang telah dihasilkan oleh setiap siswa. Misalnya mengembalikan
tugas-tugas yang telah dibuat siswa dengan nilai dan komentarnya. Umpan balik (Feedback) seperti
ini akan sangat bermanfaat untuk mengukur derajat hasil belajar yang telah
dihasilkan untuk keperluan perbaikan dan peningkatan selanjutnya.
f. Pengernbangan Minat
Minat dapat diartikan
sebagai rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu objek. Prinsip
dasarnya adalah motivasi seseorang cenderung akan meningkat apabila yang
bersangkutan memiliki minat yang besar dalam melakukan tindakannya. Dalam
hubungan ini motivasi dapat dilakukan dengan jalan menimbulkan atau
mengemhangkan minat siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian
siswa akan memperoleh kepuasan dan unjuk kerja yang baik. Pada akhimya dapat
menumbuhkan motivasi belajar secara efektif dan produktif.
g. Lingkungan Yang Kondusif
Lingkungan kerja yang
kondusif, baik lingkungan fisik, sosial, maupun psikologis, dapat menumbuhkan
dan mengembangkan motif untuk bekerja dengan baik dan produktif. Untuk itu
dapat diciptakan lingkungan fisik yang sebaik mungkin, misalnya kebersihan ruangan,
tata letak, fasilitas, dan sebagainya. Demikian pula lingkungan sosialpsikalagis
seperti hubugan antar pribadi, kehidupan kelompok, kepimimpinan, promosi,
bimbingan, kesempatan untuk maju, kekeluargaan dan sebagainya.
h. Keteladanan
Prilaku guru secara
langsung atau tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap prilaku murid yang
sifatnya positif maupun negatif. Prilaku guru dapat meningkatkan motivasi
belajar. Sehubungan dengan itu, maka sangat diharapkan agar diharapkan agar
prilaku guru dapat menjadi sumber keteladanan bagi para siswanya. Dengan
contoh-contoh yang dapat diteladani, para siswa dapat lebih meningkatkan
produktivitas belajar mereka.
Sehubungan dengan hal
diatas, ada beberapa prinsip belajar dan motivasi yang disampaikan oleh Hamalik
(2002), agar mendapatkan perhatian dari pihak perencana pengajaran khususnya
dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar.
Prinsip tersebut dapat
digunakan oleh pendidik dalam peningkatan motivasi peserta didik dalam
mengikuti belajar mengajar, sehingga didapatkan prestasi belajar yang optimal,
diantaranya: 1)
Kebermaknaan. Suatu
bidang studi akan lebih bermakna bagi siswa apabila guru herusaha
menghubungkannya dengan pengalaman yang mereka miliki sebelumnya (masa lampau).
Sesuatu yang menarik minat dan bernilai tinggi bagi siswa berarti bermakna
baginya. Oleh sebab itu guru hendaknya berusaha menyesuaikan pelajaran dengan
minat para siswanya, dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa berperan
serta memilih. 2)
Modelling. Siswa
akan suka memperoleh tingkah laku baru bila disaksikan dan ditirunya. Pelajaran
akan lebih mudah dihayati dan diterapkan oleh siswa jika guru mengupayakan
mengajarkan dalam bentuk tingkah laku model, bukan hanya dengan mencerahkan
atau menceritakan secara lisan. Dengan model tingkah laku itu, siswa dapat
mengamati dan menirukan apa yang diinginkan oleh guru. 3) Komunikasi Terbuka. Siswa
lebih suka belajar apabila penyajian terstruktur supaya pesan-pesan guru
terbuka terhadap pengawasan siswa. 4)
Prasyarat. Apa
yang telah dipelajari oleh siswa sebelumnya mungkin merupakan faktor penting
yang dapat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Karena itu hendaknya
guru berusaha mengetahui atau mengenali prasyarat- prasyarat yang telah mereka
miiiki. 5)
Novelty. Siswa
akan lebih senang belajar bila perhatiannya ditarik oleh penyajian-penyajian
yang baru (Novelty) atau masih asing. 6)
Latihan atau Praktik yang Aktif dan Bermanfaat. Praktik secara aktif berarti siswa mengerjakan sendiri, bukan
mendengarkan ceramah dan mencatat pada buku tulis. 7) Latihan Terbagi. Siswa
lebih senang belajar, jika latihan di bagi menjadi sejumlah kurun waktu yang
pendek. Latihan yang demikian akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
dibandingkan dengan latihan yang dilakukan sekaligus dalam jangka waktu yang
panjang. 8) Kurangi
secara sistematis Paksaan belajar. Akan
tetapi bagi siswa yang sudah mulai menguasai pelajaran, maka secara sistematis
pemompaan itu dikurangi dan akhirnya siswa dapat belajar sendiri. 9) Kondisi yang merryenangkan. Siswa akan lebih senang melanjutkan belajarnya jika kondisi
pengajarannya menyenangkan.
B.
Aqidah akhlak
1.
Pengertian Akhlak
Kata akhlak berasal dari
kata jamak "Alkhuluku" atau "Al-khalku" yang bermakna
"kejadian". Kedua kata tersebut berasal dari kata "Khalaka"
yang mempunyai arti "menjadikan". Dari kata "Khalaka"
inilah timbul bermacammacam kata seperti : Al- khulku yang mempunyai makna
"budi pekerti", AlKhalik bermakna "Tuhan Pencipta Alam"
(Masy'ari, 1980).
2.
Jenis - Jenis Akhlak
Pada dasarnya perbuatan manusia
ada yang baik dan ada buruk. Perbuatan yang baik disebut dengan akhlak yang
baik dan identik dengan sifat para Nabi dan orang - orang shiddiq, sedangkan
perbuatan yang buruk disebut dengan akhlak tereela atau buruk. Maka pada
hakikafiya akhlak ada dua, yaitu akhlak yang baik atau terpuji (Al -Akhlaaqul Mahmuudah) dan
akhlak yang buruk atau tercela (Al -Akhlaaqul
Madzmuumah).
3. Pembelajaran Aqidah akhlak
Allah S WT sang pencipta
dan pengatur alam semesta dengan kemahakuasaannya. Menciptakan manusia dari
setetes air mani dengan kekuasaannya kita menjadi manusia yang sempurna, banyak
sekali kenikmatan yang di berikan Allah SWT kepada manusia tetapi manusia
kurang begitu mensyukuri apa yang telah diberikan-Nya. Manusia diberi akal
untuk berfkir atas semua yang ada dimuka bumi, dilaut dan diluar angkasa,
dimana semua itu ada yang mengatur dan menciptakannya tiada lain adalah Allah S
WT dengan segala sifat-sifat-Nya.
Secara umum sifat-sifat
Allah dapat dibagi kedalam tiga macam, yaitu:
a. Sifat Wajib Allah,
merupakan sifat yang pasti dimiliki Allah Mw.
b. Sifat Mustahil Allah,
merupakan sifat yang pasti tidak dimiliki Allah SWT.
c. Sifat Jaiz Allah,
merupakan sifat kewenangan Allah, yaitu Allah SWT bebas untuk melakukan sesuatu
ataupun tidak melakukan sesuatu.
C. Pendekatan Berbasis Aktivitas
Dalam aktivitas
pembelajaran di sekolah, guru harus mengusahakan agar siswa dapat melakukan
proses belajar secara efektif agar memperoleh hasil pembelajaran yang
sebaik-baiknya. Dalam kemajuan metodologi proses belajar mengajar saat ini asas
aktivitas (Student activity) lebih di tonjolkan melalui suatu program unit
activity, sehingga kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan
dan hasil belajar yang lebih memadai.
Dari beberapa macam
aktivitas menunjukkan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, aktivitas siswa
sangat diperlukan dalam memenuhi tujuan pengajaran. Sehingga dalam suatu
kegiatan pengajaran, aktivitas siswa harus disesuaikan dengan materi pengajaran
yang akan disampaikan oleh guru kepada siswa.
Menurut Hamalik (2001)
Ada beberapa jenis
aktivitas yang disampaikan oleh para ahli, antara lain : (1) Kegiatan-kegiatan
visual. (2) Kegiatan-kegiatan lisan. (3) Mendengarkan. (4) Menulis. (5)
Menggambar. (6) Metrik. ('7) Mental. (8) Emosional. (9) Berpikir. (10)
Mengingat Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1. Kegiatan Visual. Yang
termasuk kegiatan ini adalah membaea, meiihat gambar-gambar, mengamati
eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau
bermain.
2. Kegiatan-kegiatan Lisan.
Kegiatan mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian,
mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara,
diskusi, dan instrupsi adalah implementasi dari kegiatan lisan.
3. Kegiatan Mendengarkan.
Dalam proses belajar mendengarkan adalah salah satu hal yang dilakukan, karena
melalui aktivitas ini seorang siswa dapat memahami bahan pelajaran yang
diajarkan.
4. Kegiatan Menulis,
misalnya: menulis cerita, laporan, mengarang, membuat rangkuman, mengerjakan
tes dan mengisi angket.
S. Kegiatan Menggambar,
seperti membuat grafik, chart, diagram, dan lain sebagainya.
6. Kegiatan Metrik.
Kegiatan dalam bidang metrik antara lain melakukan percobaan, memilih
alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan,
menari dan berkebun.
7. Kegiatan mental,
meliputi memecahkan masalah, mengingat, menganalisis, melihat hubungan -
hubungan dan membuat keputusan.
8. Kegiatan Emosional.
Kegiatan- kegiatan daiam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan
overlap satu sama lain. Dari kegiatan ini diharapkan bisa menimbulkan minat,
berani, tcnang, dan lain- lain.
9. Berpikir. Berpikir
termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang memperoleh penemuan baru,
setidak-tidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan antar sesuatu.
10. Mengingat. Mengingat
yang didasari atas kebutuhan serta kesadaran untuk mencapai tujuan belajar
lebih lanjut adalah termasuk aktivitas belajar, apalagi mengingat itu
berhubungan dengan aktivitas-aktivitas balajar lainnya (Ahamadi dan Supriyono,
1991).
Dari beberapa macam
aktivitas diatas menunjukkan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, aktivitas
siswa sangat diperlukan dalam memenuhi tujuan pengajaran. Sehingga dalam suatu
kegiatan pengajaran, aktivitas siswa harus disesuaikan dengan materi pengajaran
yang akan disampaikan oleh guru kepada siswa.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada
permasalahan dalam penelitian tindakan yang berjudul "Penerapan Model
Pembelajaran Berbasis Aktivitas Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Aqidah
Akhlak Pokok Bahasan Sifat-Sifat Allah Siswa Kelas V dan VI Semester I MI
Attaqwa 44 Tanjung Air, Bekasi" yang dilakukan oleh peneliti, dapat
dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut : Jika strategi pembelajaran yang
selama ini digunakan oleh guru Madrasah Tsanawiyah dalam kegiatan belajar
mengajar siswa Kelas V dan VI semester I MI Attaqwa 44 Tanjung Air, Bekasi,
diganti dengan strategi pembelajaran berbasis aktivitas, maka dimungkinkan akan
berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar dan diikuti dengan prestasi
belajar aqidah akhlak pokok bahasan sifat-sifat Allah.
BAB III
METODE
PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Lokasi penelitian
tindakan ini adalah MI Attaqwa 44 Tanjung Air, Bekasi, Kelas V dan VI smester I
terdiri dari 20 siswa dan 16 siswi. Kondisi kelas ukuran ruangan 7mX8m, dengan
fentilasi pencahayaan ruangan cukup standard. Lama penelitian kurang lebih tiga bulan dimulai dari bulan
Agustus sampai Desember 2009, sedangkan subjek dalam penelitian ini ditentukan
berdasarkan faktor perbedaan kemampuan belajar antar siswa, dan kondisi
lingkungan lokasi penelitian.
B. Prosedur Penelitian
Subyek penelitian ini
adalah siswa Kelas V dan VI MI Attaqwa 44 Tanjung Air, Bekasipada tahun
pelajaran 2011/2012. Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas
yang ingin mengungkap seberapa tinggi Tingkat efektifitas Pendekatan berbasis
aktivitas dalam menumbuhkan motivasi belajar aqidah akhlak pokak bahasan
sifat-sifat Allah pada siswa Kelas V dan VI. Penelitian ini dilakukan dua
siklus, masing-masing siklus terdiri dari tiga tatap muka (pertemuan).
Proses
Penelitian Tindakan
Refleksi awal, Kelas V
dan VI smester I materi Aqidah Akhlak sangat pasip, siswa hanya mendengar dan
menyimak, bagaimana guru dapat meningkatkan motivasi belajar agar siswa aktip?
1. Perencanaan
Meliputi penyampaian
materi Aqidah Akhlak khususnya sifat-sifat Allah, latihan dengan mengerjakan
beberapa soal, pembahasan latihan soal, keaktifan siswa dalam menjawab
pertanyaan dan motivasi siswa.
2. Tindakan (action)
kegiatan mencakup
a. Siklus I dimulai dari
refleksi awal, kemudian dilanjutkan dengan perencanaan, tindakan, observasi dan
refleksi akhir.
b. Siklus II (sama dengan
siklus I)
3. Observasi (pengamatan)
Pada tahap ini peneliti
akan mengadakan pengamatan hasil belajar siswa dari keaktifan siswa yaitu :
1). Keaktifan siswa dalam
diskusi
2). Banyaknya siswa yang
bertanya
3). Banyaknya siswa yang
menjawab pertanyaan guru/siswa lain
4). Memberikan pendapat
4. Refleksi
Pada kegiatan akhir tiap
siklus perlu adanya pembahasan antara siklus-siklus tersebut untuk dapat
menentukan kesimpulan atau hasil penelitian.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian tindakan
ini peneliti menggunakan beberapa prosedur pengumpulan data agar memperoleh
data yang objektif. Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini, antara lain:
1. Observasi
Obsevasi diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada
objek penelitian (Zuriah, 2003). Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan
terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa.
Ada dua observasi yang
dilakukan oleh peneliti dalam penelitian tindakan ini, diantaranya : (I) Obsevasi langsung, adalah
pengamatan yang dilakukan dimana observer berada bersama dengan objek yang
selidiki. Artinya peneliti ikut berpartisipasi secara langsung saat peristiwa
terjadi. (2) Obsevasi tidak langsung, adalah
observasi yang dilakukan dimana observer tidak berada bersama dengan objek yang
selidiki. Tetapi, peneliti menggunakan daftar cek(Check List) dalam menggali atau mengumpulkan data ketika menggunakan terknik
ini.
- Wawancara
Wawancara merupakan salah
satu prosedur terpenting untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif,
sebab banyak informasi yang diperoleh peneliti melalui wawancara. Wawancara
dilakukan peneliti untuk memperoleh data sesuai dengan kenyataan pada saat peneliti
melakukan wawancara. Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada siswa Kelas
V dan VI dan guru - guru Kelas V dan VI MI Attaqwa 44 Tanjung Air, Bekasi
- Dokumentasi
Zuriah (2003),
menjelaskan bahwa dokumentasi merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data
melalui peninggalan tertulis, terutama berupa
arsip-arsip dan termasuk
juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, atau hukum -hukum lain yang
berhubungan dengan masalah penelitian.
D. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini
adalah:
a. Sebanyak > 75%
siswa dapat memahami materi sifat-sifat Allah
b. Ketuntasan belajar
tercapai jika 85% siswa mendapat nilai > 65
c. Untuk kriteria
keaktifan siswa mendapat nilai baik, dilihat dari hasil penilaian instrument.
DAFTAR
PUSTAKA
Bogdan, R., & Biklen,
S. 1982. qualitative research in education, Allyn & Bacon, Boston
Dakir, 1993. Dasar-Dasar Psikologi, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta
Djalali, M. As'ad. 2001. Psikologi _Motivasi Minat Jabatan, Intelegensi, Bakat dan
Motivasi Kerja, Wineka
Media, Malang
Guba, E.G., &
Lincoln, Y.S. 1981. Effective
Evaluation, Jossey-Bass
Publishers, Sanfransisco
Zuriah, N. 2003. Penelitian Tindakan Bidang Pendidikan Dan Sosial, edisi pertama, 13ayu Media Publishing, Malang
Hamalik, O. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, PT. Bumi Aksara, Jakarta
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar, Penerbit Sinar Baru Algensindo, Bandung
Kosasih, Andreas. 2004.
Peranan Motivasi terhadap Hasil Belajarnya Siswa,Tabularasa, Vol. 2, No. 3
Miles, M.B., &
Huherman, A.M. 1984. .Analisis
Data Kualitatif. Terjemahan
oleh Tjejep Rohendi Rohidi, Universitas Indonesia, Jakarta
Moeleng, L.J. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung
Moeleng, L.J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung
Nasution, S. 1998. Metode Penelitian .Naturalistic Kualitatif, Penerbit Tarsito, Bandung
Nurhadi, 2002. Pendekatan Kontekstual, Universitas Negeri Malang, Malang
Pengunjung yang baik meninggal kan pesan komentar tentang materi yang di Posting, semoga bermanfaat...!!! mau kenal lebih dekat dengan penulis melalui Facebook atau dengan memfollow Twitter
Pengunjung yang baik meninggal kan pesan komentar tentang materi yang di Posting, semoga bermanfaat...!!! mau kenal lebih dekat dengan penulis melalui Facebook atau dengan memfollow Twitter